Tuesday, October 24, 2017

TV Movie : If We Were a Season - Part 2

Paginya, Gi Seok batuk-batuk dan Hye Rim merasa Gi Seok sedikit demam. Hye Rim menyuruh Gi Seok ke Rumah Sakit. Gi Seok tidak mau pergi sendirian, ia ingin Hye Rim menemaninya. Hye Rim menolak, aku harus belajar. Gi Seok kesal, apa kau mau belajar terus sampai jam 10 malam?
Hye Rim : Kau kenapa? aku kan selalu ke perpustakaan setelah pulang sekolah.
Gi Seok : Tapi aku selalu bersamamu.

Gi Seok menghela nafas dan masih mencari alasan agar bisa pergi bersama Hye Rim, sepedanya! Kau harus membawa sepedanya. Karena aku tidak bisa naik sepeda karena sakit dan kalau sudah malam dan gelap, kau bisa jatuh dan kakimu terluka. Terus bagaimana?
Hye Rim tidak percaya, ia mendorong Gi Seok, sudahlah..pergi sana! pergi!

Hye Rim baru selesai belajar sekitar jam 11:33 malam, ia jalan untuk mengambil sepeda. Belum sempat membuka kunci roda, tiba-tiba hujan turun. 
Dong Kyung muncul dengan payung cie...kau tidak punya payung kan? Ada gunanya juga menunggu. Hye Rim masih bengong. 
Dong Kyung : Sebenarnya ini saatnya aku terlihat keren.
Hye Rim : Aku sudah bilang kalau kau ini benar-benar gombal kan?

Dong Kyung mengangguk, maksudmu hatimu bergetar lagi kan? Hye Rim tertawa. Ia berusaha membuka kunci sepeda. Dong Kyung membujuk Hye Rim meninggalkan sepeda dan jalan pulang bersamanya. Hye Rim tampak ragu.

Akhirnya Hye Rim menerima tawaran Dong Kyung dan jalan pulang bersamanya. Sepayung berdua di bawah siraman air hujan.
Bahkan mereka masih berpayungan meskipun hujan sudah reda.

Dong Kyung mengantar Hye Rim sampai depan rumah, ia menghentikan Hye Rim dan berkata sejak pertama bertemu di halaman sekolah, mereka sudah beberapa kali bertemu tanpa sengaja dan ia juga sudah banyak bertanya pada Hye Rim. 

Dong Kyung mengakui perasaannya pada Hye Rim, aku menyukaimu. Apa kau mau kencan bersamaku? (wah....Gi Seok kalah cepat ..wkk)
Hye Rim tampak bingung dan refleks menoleh ke arah rumah Gi Seok.

Paginya, Hye Rim tampak salah tingkah waktu bertemu Dong Kyung di kelas. Eun Young menggodanya, kenapa dia melihatmu seperti itu? Kenapa kau gugup...? ah kurasa aku tahu.
Hye Rim mengalihkan perhatian Eun Young dan tanya dimana Gi Seok. Eun Young merasa Gi Seok pergi main bola dengan kedua temannya. Hye Rim terkejut karena Gi Seok masih sakit. 

Tim Gi Seok ditantang main bola dan yang kalah harus mentraktir makan.

Gi Seok sebenarnya tidak ikut main karena sakit, tapi ia melihat Dong Gyung berhasil mencetak gol dan mendapatkan sorak sorai dari anak-anak, bahkan Hye Rim tampak kagum dan tersenyum. Ini membuat Gi Seok cemburu dan langsung lepas jaket, melempar tasnya dan lari ke lapangan.

Gi Seok menggantikan Jeong Ho dan lari ke tengah lapangan. Hye Rim tampak cemas. Gi Seok langsung menyerang Dong Gyung, menariknya sampai jatuh dan merebut bolanya. Satu kali Gi Seok jatuh, Dong Gyung mengulurkan tangan berusaha membantunya tapi Gi Seok menepis tangan Dong Gyung. Wehehe..jelas ini masalah pribadi..

Sampai satu saat Gi Seok kehilangan bola dan berhasil direbut Dong Gyung yang sukses membobol gawang tim Gi Seok lagi. Gi Seok semakin panas, membuat teman-temannya mencemaskannya. Kenapa dia? ini seperti pertandingan sepak bola terakhir saja.

Gi Seok lari kencang dan berusaha menahan bola. Tanpa sengaja kepalanya membentur tiang gawang. Oh no! Gi Seok langsung pingsan. Teman-temannya ketakutan, Gi Seok! Gi Seok..! cepat panggil ambulance!

Untungnya Gi Seok sadar dan orang pertama yang ia lihat adalah Hye Rim. Gi Seok pura2 masih pingsan. Hye Rim marah dan memukul Gi Seok, ya! apa kau ini waras? apa kau salah minum obat? Suhu badanmu 39 derajat lebih! Kenapa kau tiba-tiba ikut main?

Hye Rim memukul punggung Gi Seok. Gi Seok kesal, ia langsung duduk dan mengejutkan Hye Rim. Kau sudah selesai?
Gi Seok : Aku ingin tanya...tidak, ada yang ingin kukatakan padamu.
Hye Rim : Benarkah? Kenapa kau percaya diri sekali?
Gi Seok : Temui aku di taman jam 10 

Hye Rim tidak konsentrasi belajar malamnya dan terus melihat jam, sudah jam 8 malam. Hye Rim menelungkupkan jam bekernya. Hye Rim dan ayahnya merayakan ulang tahun ibu meskipun sesekali melirik jam.
Tapi ada yang mengganggu Hye Rim, ayahnya tetap memberikan kado scarf untuk Ibu. Bukan partitur musik seperti yang ia lihat waktu itu. Lalu partiturnya untuk siapa? 

Hye Rim merenung dan menyadari sesuatu. Ia pergi ke studio piano milik ibunya untuk memastikan sesuatu. Benar saja, guru piano yang cantik itu membawa partitur dari ibu Dong Gyung, lebih parah lagi, ayahnya muncul sambil membawakan kopi untuk guru itu. Ayahnya tertegun, Hye Rim..
Hye Rim syok, ia langsung lari keluar.

Dong Gyung berjalan kembali ke studio piano karena meninggalkan jaketnya disana.

Ayah mengejar Hye Rim dan berusaha menjelaskan apa yang terjadi. Hye Rim tidak percaya, karena ia tahu betapa susahnya mendapatkan partitur itu dan sekarang guru baru itu memilikinya. Ayah bilang aku salah? Lalu ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?

Ayah berkata ia tidak ada maksud lain, ia hanya ingin memberikan partitur itu saja pada wanita itu. Ayah mendengar guru itu ingin mendapatkan partitur itu dan ia hanya ingin memberikan barang itu kepadanya.

Ayah : Hanya itu saja. Tidak ada yang lain.
Hye Rim tidak percaya : Ayah!
Ayah menghela nafas : Aku berusaha tidak melakukannya. Tapi aku tidak berdaya..

Hye Rim terpukul dan lari.

Gi Seok menunggu Hye Rim di taman, ia gelisah. Lima menit lagi jam sepuluh malam. 

Hye Rim datang, perasaannya masih kacau karena masalah ayahnya. Hye Rim mengamati Gi Seok tapi ingat pengakuan perasaan Dong Gyung.
Waktu itu kita tidak mendengar jawaban Hye Rim, tenyata Hye Rim menolak Dong Gyung. Dong Gyung tanya apa karena Eom Gi Seok? 

Hye Rim ingat kata-kata ayahnya dan ia hanya menangis sambil memandangi Gi Seok dari jauh. Hye Rim berbalik pergi. Tidak lama, Gi Seok menerima pesan dari Hye Rim, aku tidak bisa pergi, maaf. Gi Seok hanya menghela nafas.

Gi Seok berangkat sekolah dan tertegun melihat Hye Rim sudah menunggunya dengan sepedanya sendiri. Gi Seok marah, ia melempar sepedanya dan lari ke arah Hye Rim, ia menarik lengan Hye Rim, ada apa denganmu? Kenapa kau tidak telp atau kirim pesan akhir pekan ini? Hye Rim berbalik, kau sendiri?

Hye Rim melepaskan tangan Gi Seok dan menuntun sepedanya, ayo berangkat, kita bisa terlambat.

Keduanya tetap jalan sambil diam ke arah sekolah, Gi Seok buka suara, jadi kita sendiri-sendiri mulai sekarang?
Hye Rim : Kita naik sepeda sendiri-sendiri.
Gi Seok teriak kesal, kau tahu bukan itu maksudku!

Hye Rim : Lalu mengapa kita tidak saling telp atau kirim pesan sepanjang akhir pekan ini? aku tidak bisa memberikan jawaban pada pertanyaanmu. Dan kau tahu pertanyaanmu akan tidak berguna.
Gi Seok : Lalu kenapa?
Hye Rim : Jangan mengabaikan kenyataan.

Gi Seok salah paham dan mengira Hye Rim menyukai Dong Gyung. Hye Rim tidak menjawabnya dan jalan pergi.
Keduanya terus bertengkar dan terlambat sampai sekolah.

Guru menghukum mereka, apa yang kalian lakukan? ayo angkat tangan kalian, lebih tinggi lagi! 

Gi Seok masih marah dan ia tanya sejak kapan Hye Rim dekat dengan Dong Gyung. 

Flashback, saat Hye Rim jalan pergi sambil menangis dari taman, Dong Gyung mengikutinya dan menghentikan Hye Rim.
Dong Gyung mengaku mendengar semua pembicaraan Hye Rim dengan ayahnya karena harus ke studio. Ia merasa prihatin. Hye Rim tanya kenapa Dong Gyung menyukainya, padahal mereka baru bertemu kurang dari sebulan.

Dong Gyung tidak punya alasan untuk menyukai seseorang. Apa aku harus berhenti menyukaimu kalau alasan itu muncul?
Dong Gyung mengaku menyukai Hye Rim sejak bertemu di dinding sekolah.

Sekarang Hye Rim berkata pada Gi Seok, kalau dia pikir hatinya deg-degan saat jatuh dari tembok, jadi aku terus meyakinkan diriku sendiri, kalau aku tidak memiliki perasaan kepadanya. Tapi aku tidak berdaya..aku benar-benar tidak berdaya.

Hye Rim menangis. Gi Seok juga menahan tangis, ia patah hati. Gi Seok jalan pergi tanpa bicara. oh poor baby..

Setelah hari itu, Gi Seok dan Hye Rim jalan sendiri-sendiri. Gi Seok juga belum menyerahkan laporan pencapaian yang diminta guru. Sepanjang musim panas, Gi Seok juga tidak membuka jendelanya seperti biasa.

Suatu hari Gi Seok menggoyang telp gelas kertas mereka. Hye Rim terkejut dan membuka jendelanya. Gi Seok melemparkan flashdisk berisi rekaman latihan basket Hye Rim, kenapa kau tidak memintanya?

Hye Rim menunduk, diam saja. Gi Seok menghela nafas, aku sudah melihatnya saat mengedit video, kau payah sekali dalam basket. Itu karena kau tidak suka basket.  Jangan membuat pilihan berdasar keinginan orang lain atau pekerjaan. Kalau kau tidak menyukai sesuatu, tidak peduli sekeras apapun kau mencobanya kau tidak akan bisa melakukannya.
Kau bisa menahannya selama beberapa tahun tapi tidak seumur hidupmu.

Hye Rim : Eom Gi Seok.
Gi Seok menutup jendelanya, urus urusanmu sendiri. 
Hye Rim : Ya! Apa kau tidak akan melihatku lagi selamanya?
Gi Seok : Aku tidak akan melihatmu. Aku benci melihat dirimu.

Musim berganti dan Hye Rim akan pergi ke Seoul. Sepertinya Hye Rim akan kuliah tapi tidak mengambil jurusan yang diinginkan orang tuanya. Ia menarik telp dari gelas kertas dan tertegun karena tidak menemukan gelas kertas milik Gi Seok. 
Hye Rim mengamati jendela Gi Seok, tapi jendela itu tertutup.

Hye Rim pergi ke stasiun kereta sendiri. Ia tertegun saat melihat Gi Seok.
Gi Seok tersenyum, ia jalan ke arah Hye Rim.

Flashback, 
Sejak remaja, Gi Seok tidak pernah benar-benar marah pada Hye Rim, ia refleks membenarkan tali telepon gelas kertas mereka saat tali itu hampir putus, tapi langsung menutup jendela waktu Hye Rim melihatnya.

Gi Seok juga menunggu Hye Rim keluar rumah setiap pagi dan pura-pura kebetulan lewat depan pintu rumah Hye Rim  untuk berangkat sekolah bersama.

Waktu Gi Seok sakit, ia lari ke sekolah malam-malam karena mencemaskan Hye Rim. Kehujanan dan ponselnya tidak menyala karena basah. Lalu harus melihat adegan mesra Dong Gyung dan Hye Rim dibawah payung merah.
Gi Seok juga melihat saat Hye Rim bertemu Dong Gyung, padahal seharusnya Hye Rim menemuinya di taman. Gi Seok tahu dan hampir melihat semua tentang Hye Rim dan Dong Gyung, ia menyimpan semua perasaannya sendiri.

Kembali ke stasiun kereta. Gi Seok jalan mendekat dan berhenti di depan Hye Rim, ia tersenyum, lama tidak bertemu. 

Hye Rim menahan tangis, ya benar-benar sudah lama. Kau tidak mengacuhkanku di kelas. Bagaimana kau tahu aku akan ke Seoul?

Gi Seok : Sulit untuk tidak mengetahuinya. Kudengar kau kuliah tahun depan.
Hye Rim membenarkan, ia masih bingung mau mengambil jurusan apa, tapi yang jelas bukan jurusan pendidikan. Bagaimana kabarmu?

Gi Seok berkata kabarnya tidak baik, aku sudah tidak mengacuhkanmu..bagaimana aku bisa baik-baik saja?

Hye Rim menangis. Gi Seok mendekat dan menghapus air mata Hye Rim, maafkan aku. Bagaimana aku harus menghadapimu..apa yang harus kukatakan padamu. Apa yang harus kulakukan dan tidak kulakukan denganmu. Aku benar-benar tidak tahu.
Tapi...kurasa aku harus mengucapkan selamat tinggal. Selamat tinggal, Yun Hye Rim.

Salju mulai turun dan kereta Hye Rim datang. Hye Rim seperti tidak ingin pergi. Gi Seok mendekat dan memeluk Hye Rim, persis seperti ending film yang diinginkan Hye Rim.
Gi Seok : Pelukan erat perpisahan untuk menghangatkan hatimu.

.....dan kisah mereka mungkin belum benar-benar berakhir...

                                                                              The End


Part 1

Notes,

Untuk awal comeback, aku pilih KBS2 Drama Special aja ya..ceritanya ringan dan cute. Khas anak remaja dengan masalah sekolah, teman-teman, kecengan, keluarga, guru-guru dan soal pilihan masa depan. 
Semoga menghibur.

2 comments: