Setelah invasi di pulau Kanghwa th 1886, seorang Perwira laut Perancis merasa terkejut ketika mengetahui bahkan orang Korea yang paling miskin sekalipun hidup dengan ditemani buku-buku.
Ini membuktikan ada budaya menulis dan membaca yang sangat kuat di kalangan masyarakat Korea sejak dulu. Khususnya untuk pembelajaran Hangul. Seorang pelajar biasa untuk menerbitkan monograf atau antologi yang berisi pendapat mereka atau karangan mereka, dan banyak dokumen sejarah yang beragam dan berhasil diselamatkan berasal dari dinasti Joseon.
(Jadi tidak heran kalau masy Korea sekarang hobi ngeblog karena sudah dari sononya, cuma ini pindah ke teknologi sedikit lah, netizen Korea kan sangar2 hehe)
Sebuah warisan yang kaya dan luas tentang karya tulis di berikan untuk generasi berikutnya.
Catatan Harian Sekretariat Kerajaan merujuk pada catatan yang disimpan di Sungjongwon, atau Kesekretariatan pada Raja dalam dinasti Joseon (th 1392-1910). Sayangnya hanya catatan 288 tahun terakhir yang selamat (1623-1910), tetapi meskipun kehilangan beberapa volume sebelumnya, catatan ini tetap merupakan catatan paling produktif dan urut secara kronologis di sejarah dunia. Dengan 3.245 volume, catatan ini jauh lebih banyak dari Sillok.
Sekretaris Kerajaan, atau Sungjongwon, bertanggungjawab untuk menyampaikan perintah Kerajaan dan memberikan instruksi pada departemen pemerintahan terkait dan juga pejabat lokal di seluruh negeri.
Sekretaris Kerajaan juga menyampaikan laporan pada Raja untuk diputuskan, pengajuan yang dibuat oleh setiap kementrian dan sebagainya.
Sekretaris Kerajaan juga terlibat secara luas dalam administrasi negara, termasuk persiapan resepsi untuk negara sahabat, dan upacara seperti upacara leluhur kerajaan.
Mereka menyusun catatan setiap bulan, dengan membuat jurnal per hari dan akan dilaporkan pada Raja untuk disetujui sebelum tanggal ke-20 setiap bulan. Setelah itu, catatan itu akan disimpan di kantor Sekretariat Kerajaan.
Karena catatan itu hanya mencatat apa yang terjadi dengan Raja dan berdasar hanya dari laporan anggota sekretariat, maka catatan itu tidak mencatat semuanya.
Hal-hal yang tidak berhubungan dengan Raja atau terjadi di tempat lain di kerajaan itu dicatat dalam Sillok.
Contoh, kita menemukan catatan yang terperinci tentang Putera Mahkota yang mulai sekolah tgl 11 Maret di Sunjo Sillok daripada di Catatan Harian.
Deskripsi dari bencana alam yang mempengaruhi seluruh negeri, seperti banjir dan gempa bumi dicatat dengan lebih detil di Sillok. Yang juga mencatat laporan dari pemerintah daerah masing2.
Catatan Harian dan Sillok, keduanya adalah catatan sejarah yang bernilai sangat tinggi.
Catatan Harian juga dengan teliti mencatat kondisi cuaca, dengan kata-kata seperti pagi hujan, sore cerah, dan pagi yang cerah, sore yang berawan, semuanya itu muncul selama 288 tahun.
Setiap kali turun hujan, curah hujan diukur dengan menggunakan alat pengukur curah hujan dan dengan hati-hati dicatat.
Pengamatan cuaca yang dicatat dalam Catatan Harian ini memberikan sumbangan yang sangat besar untuk badan meteorologi dari abad ke 17 ke awal abad 20.
Sillok
Uigwe
iri sekali ngeliat masy. korea terdahulu. coba ada mesin waktu. pengen deh kemasa lalu trus ngjarin baca tulis dengan budaya sendiri. trus mencegah penjajah belanda dtng!!
ReplyDelete(ngarep .com)
aku tinggal ngirinya....aja, tetapi tak perlu hilang semangat, Oke
ReplyDelete^_^ pengen deh rakyat indo seperti masy korea dimana masy korea sadar mengenai pentingnya pendidikan dan memelihara budaya.
ReplyDeletependidikan bertujuan untuk mengentaskan buta huruf dan kemiskinan.
budaya bisa dalam bahasa dan juga prinsip2 moral. prinsip moral dalam masy bertujuan membentuk pribadi yg jujur,ulet dan tangguh
hehe, satu lagi on yg bkin masy kor doyan ngeblog atopun aktif di social med tu karena kor punya kecepatan koneksi internet yg sangattt cepat! mau pergi kmana juga gampang nemu wifi dan cepet.. heheuw
ReplyDelete