Pages

Wednesday, September 28, 2011

The Crucible - Film terbaru Gong Yoo

The Crucible yang premiere tgl. 22 September 2011 lalu dan dibintangi Gong Yoo dan Jung Yumi, telah disaksikan hampir 1 juta orang hanya dalam 4 hari.

Film ini diadaptasi dari novel best-seller karya Gong Ji Young. Berdasar kisah nyata tentang perkosaan di sebuah sekolah.

Gong Yoo akan memerankan guru baru yang mengajar di sekolah itu. Bersama seorang aktivis sosial diperankan oleh Jung Yumi. Keduanya berjuang untuk mengungkapkan kekerasan dan penyiksaan yang diderita oleh para siswa tuna rungu dari guru mereka.

Sepertinya pemirsa memberikan respon yang positif. Ini dibuktikan dengan banyaknya penonton. 532.098 orang hanya dalam 2 hari sejak premiere. Lalu mencapai 914.369 orang diakhir hari ke-4.

Ini trailer-nya :




Novel Aslinya

The Crucible (Dogani)
Karya : Gong Ji Young
Penerbit : Changbi
Bahasa : Korea

Penulis Gong Ji Young, membuat novel "The Crucible" berdasarkan dari drama karya Arthur Miller. Tentang "Pengadilan Penyihir" di kota kecil Salem - Massachusetts th 1692.

Novel Gong Ji Young ini diterbitkan pertama kali di Daum sebuah situs portal internet Korea, sejak akhir th lalu selama 6 bulan. Novel ini juga menceritakan insiden nyata yang terjadi di Gwangju Inhwa School, sekolah khusus untuk siswa tuna rungu dan tuna daksa.

Di sekolah itu, para staf pendidik termasuk sang Kepala Sekolah terus menerus melakukan pelecehan seksual kepada para siswanya di th 2005.

Berlokasi di Mujin, sebuah kota historis fiksi dimana terjadi konflik antara nilai progresif dan konservatif. Buku ini bercerita tentang sekolah untuk siswa tuna rungu yang jatuh ke dalam kekerasan seksual.

Kota ini dulunya adalah kota yang menjunjung tinggi pergerakan demokrasi, tapi sekarang dibelenggu oleh kehidupan malam dan korupsi. Kota ini diselimuti "kabut"


Novelis Gong Ji-young and Gong Yoo

Kang In Ho, seorang guru, pindah ke kota ini setelah mendapatkan pekerjaan di sekolah itu dengan pertolongan teman istrinya. Ia meninggalkan istri dan putrinya di Seoul.

In Ho bertemu Seo Yu Jin, kakak kelasnya saat di Universitas yang sekarang tinggal di Mujin. Yu Jin membantu In Ho mendapatkan tempat tinggal dan beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Hari pertama bekerja di sekolah itu, In Ho menyaksikan kecelakaan aneh. Seorang anak dari sekolah itu meninggal karena kecelakaan kereta dan mendengar ada seorang gadis yang melompat dari tebing di dekat sekolah. Gadis itu juga meninggal.

Kepala Sekolah, adalah putra pendiri sekolah itu, ia meminta In Ho memberikan uang sebagai ganti pekerjaan yang diperoleh In Ho untuk "Dana pengembangan sekolah"

In Ho harus menerima permintaan ini karena ia tidak punya pekerjaan lain lagi setelah berhenti mengajar beberapa tahun lalu dan gagal dalam bisnis.

Kepala Sekolah adalah orang yang sangat berpengaruh dan dihormati oleh masyarakat. Ia juga sepertinya seorang Kristen yang taat dengan jaringan yang kuat. Sekolah ini menerima dana sekitar 4 Miliar Won setiap tahun dari Dept. pendidikan karena khusus mendidik siswa dengan kekurangan.

Tapi, tidak lama, Kang In ho merasakan ada yang aneh dan salah di sekolah. Tiba-tiba ia sadar apa yang terjadi di sana.

In Ho menemukan kenyataan kalau siswa di kelasnya, laki dan perempuan telah mengalami pelecehan seksual dan disiksa oleh kepala sekolah dan kepala administrasi, juga oleh kepala asrama.

In Ho dan Yu Jin, yang bekerja di bagian hak asasi manusia (seperti LSM) memutuskan untuk membongkar insiden ini pada masyarakat.
Tapi usaha mereka yang ingin membela keadilan terhenti karena penguasa mencoba menyembunyikan kenyataan seperti ini.

Polisi dibungkam oleh figur berpengaruh di masyarakat, dokter memberikan kesaksian berdasar keinginan mereka, pengacara menyerang Kang In Ho dengan kesalahan masa lalunya dimana In ho pernah menjadi anggota serikat guru dan memiliki affair dengan mantan siswanya yang kemudian bunuh diri.

Lebih buruknya, sebagian besar orang tua korban setuju untuk menutupi kasus ini karena mereka mendapatkan uang. Mereka juga sebagian besar adalah orang miskin.

Pada akhirnya, ketiga terdakwa hanya dijatuhi hukuman percobaan dan lalu dibebaskan dan kembali ke sekolah.

Kang In Ho justru yang terpojok karena ia bingung antara hati nuraninya yang tidak suka dengan ketidak adilan ini dan keinginan-nya untuk menyelamatkan keluarganya serta harus mempertahankan reputasinya dari kesalahan masa lalunya.

Meskipun mereka tidak menang di pengadilan, mereka memutuskan untuk terus melawan. Tapi Kang In Ho yang masa lalunya diungkapkan di pengadilan, melihat kalau mereka menyebarkan semuanya di internet dan ia tidak ingin lagi berjuang melawan kejahatan ini.
Suatu malam, In Ho meninggalkan kota dengan frustrasi.


Penulis Gong menunjukkan perjuangan hati nurani manusia dan ketika ada sesuatu yang buruk terjadi, orang cenderung tidak ingin terlibat.

Penulis berkata kalau awalnya ia mencoba hanya memikirkan kemunafikan ini terjadi di kota kecil yang terbelakang, tapi saat ia terus saja menulis, dia merasa kalau seluruh negeri menjadi kota Mujin.

Satu yang pantas dicatat, adalah Gong menampilkan tokoh utama pria yang melepaskan pertarungannya untuk membela keadilan dan kembali ke Seoul. Seo Yu Jin, rekannya bisa mengerti ini.

Penulis berusia 45th ini adalah mantan aktivis di th 1980-an dan berkata kalau ia menulis novel ini saat usianya lebih muda, ia mungkin akan menulis In Ho sebagai penghianat, tapi ia akhirnya menulis Kang sebagai manusia yang teraniaya.

"Sekarang aku berpikir orang awam adalah bagian dari karakter orang yang membuat sejarah bersama dalam masyarakat kita," kata Gong. "Kekuasaan tanpa kekangan adalah kekerasan. Memperhatikan sindikat diam ini adalah harapan terakhir bagi masyarakat kita," dia menambahkan.

Untuk menulis novel ini, dia mengunjungi sekolah itu lebih dari 10 kali dan melakukan interview pada orang yang relevan, termasuk para korban.

Dia ingat saat ia ingin menulis novel ini menjadi kisah fiksi. Ia tersadar dengan kalimat di koran yang mengatakan : "Pada saat keputusan dijatuhkan pada terdakwa, ruang sidang dipenuhi oleh jeritan dan tangisan dari para siswa tuna rungu."

Article : Chung Ah-young (www.Koreatimes.co.kr)

Source : soompi

9 comments:

  1. eonni tirza....
    tadi sempet buka blog'y...
    tadi nyobain pake theme ya....??
    kurang enak display-nya...

    tapi klo bisa dari yang blog ini,
    bikin versi mobile'y eonni...
    biar aku bisa baca di hape.....

    gomawo... :)

    ReplyDelete
  2. @miikari, haha ketahuan ya..aku tadi iseng aja coba2, tapi memang ngga terlalu suka, jadi kembali ke asal lagi :)
    Versi mobile akan kuusahakan nanti.

    @Cerita aku, belum itu baru di Korea.

    ReplyDelete
  3. Teh Tirza, mo tanya, Daum itu apaan ya..???
    mksh sbelumnya...
    ^_^

    ReplyDelete
  4. Td siang pas buka blog ini, kirain kompi di rmh yg error... gk taunya ada yg lg bereksperimen toh... ha...ha... kayaknya seru nih cerita lebih tepatnya serem krn memanfaatkan org yg keterbelakangan dlm hal fisik maupun ekonomi oleh pemimpin yg harusnya jd panutan. Sign aja blm kelar2. figthing...YHBU

    ReplyDelete
  5. following Tirza watch this drama :D
    dah masuk my soju belum ya.. bikin recapsnya juga ya say.. :D

    ReplyDelete
  6. lhooo filem ternyata... waaa. kirain serial hehe tanya sendiri jawab sendiri

    ReplyDelete
  7. mb buat sinopsis film Tamra The Island donk mb kayaknya bagus lo tp aq gk bisa liat coz kerja,,,,,
    pliese buat ya mb.....
    makasih

    ReplyDelete
  8. udah nonton film ini. agak miris ceritanya. susahnya menembus 'kekuasaan' untuk mengungkap kebenaran dan keadilan. untuk peran para pemain ciliknya agak vulgar menurutku, :(

    ReplyDelete