Monday, May 19, 2014

The Prime Minister and I episode 17 - Final

Kwon Yul jalan-jalan sendiri sambil berpikir sampai ia bertemu Da Jung yang mencarinya. Da Jung mencemaskan Yul karena tiba-tiba mengajukan surat pengunduran diri.
Tapi karena Kwon Yul tampaknya baik-baik saja, Da Jung ingin pergi lagi.

Kwon Yul memanggil Da Jung dan tanya, apa Da Jung bisa hidup tanpa dirinya.

Kwon Yul jalan sambil bicara: Aku berpikir seperti apa rasanya hidup tanpa bertemu denganmu. Dan aku sadar, waktu yang kuhabiskan tanpa mengenalmu jauh lebih lama daripada saat aku mengenalmu. Jadi kurasa itu tidak akan begitu sulit. Tapi saat memikirkan waktu yang akan kuhabiskan tanpa bertemu denganmu..aku merasa tidak percaya diri.
Sebelumnya aku tidak begitu mencemaskan soal waktu mendatang tapi sekarang aku tidak begitu yakin dan takut.

Kwon Yul berhenti jalan dan menatap Da Jung, ia akhirnya mengaku : Aku merindukanmu.


Na Young jalan tersaruk-saruk di sepanjang jalan raya. Ia ingat pertemuannya dengan Woo Ri dan semua anaknya.

Na Young melihat anak-anaknya di RS. Woo Ri menatapnya dengan syok dan marah. Na Ra heran melihat ahjumma di depan mereka.
Man Se mengenali Na Young, aku tahu ahjumma itu. Man Se langsung lari ke arah Na Young, Ahjumma! Apa yang kau lakukan disini?

Na Ra : Oppa, Ahjumma itu mirip ibu kita.


Woo Ri menyangkalnya. Apa yang kau katakan? Siapa mirip siapa? Dan ibu kita sudah meninggal. Woo Ri jalan ke arah Man Se, menarik adiknya sambil bicara pada Na Young, jika ibu kita masih hidup, dia tidak akan pernah diam saja. Dia pasti akan menemui kita sejak dulu. Ayo pergi, Man Se. Mata Woo Ri berkilat marah dan terluka.

Na Young menahan tangis, ia tampak terpukul dengan sikap Woo Ri.


Sekarang Na Young tidak tahan lagi dan menangis tersedu-sedu di jalan. 

Kwon Yul mengantar Da Jung sampai ke RS. Ia ingin sekalian menyapa Ayah Da Jung. Kwon Yul bahkan ingin keluar lagi untuk membeli sesuatu tapi Da Jung mencegahnya. Ayahnya sudah akan merasa bahagia melihat Yul disini.

Keduanya masuk kamar ayah dan Da Jung berusaha membangunkan ayahnya. Tapi Ayah Da Jung tidak bangun juga.
Kwon Yul : Apa dia sudah tidur? Biarkan saja dia tidur, aku pergi saja.

Da Jung mulai cemas dan mencoba membangunkan ayah. Ayah, bangunlah sebentar..Jong Ri-nim disini. Ayah..A..Ayah!

Da Jung panik, ia langsung lari keluar. Kwon Yul juga mulai cemas dan mencoba membangunkan Ayah. Da Jung lari memanggil Dokter Oh. Para Dokter langsung lari ke kamar Ayah.

Anak-anak Kwon masih duduk dan membahas soal Ahjumma yang mereka temui di RS. Na Ra merasa Ahjumma itu mirip dengan ibu mereka. Ia yakin sekali.

Woo Ri marah, sama apanya? Kwon Na Ra, apa kau ingat ibu kita?

Na Ra kesal, kenapa kau pikir aku tidak ingat? Aku ingat dengan jelas. Aku ingat ibu membuatkan sweater merah dan mengepang rambutku. Dan menyanyikan lagu untukku sambil main piano, aku ingat semuanya! Kenapa aku tidak ingat?

Woo Ri : Kalau kau ingat dengan baik kenapa kau bilang dia mirip ibu? Dia sama sekali tidak mirip ibu kita! Sama sekali tidak mirip. Bahkan tidak mirip yang di dalam mimpi!

Woo Ri masuk ke kamarnya. Na Ra kesal karena kakaknya marah kepadanya, lalu masuk ke kamar. Tinggal Man Se yang duduk sendiri, ia tampak sedih. Aku tidak punya kenangan tentang Ibu. Oh..kasihan.

Kondisi Ayah Da Jung sudah stabil. Dokter Oh menjelaskan, Ayah Da Jung mengalami syok saat tidur tapi Dokter sudah melakukan pertolongan darurat dan minta Da Jung tidak terlalu cemas.

Setelah Dokter pergi, Da Jung minta Kwon Yul pulang saja. Kwon Yul menolak, ia ingin di RS menunggui Ayah bersama Da Jung.

Da Jung mencemaskan anak-anak tapi Kwon Yul sudah telp Ahjumma dan berkata kalau mungkin dia tidak akan pulang.
Da Jung tampak gelisah, apa ayah saya akan baik-baik saja?
Kwon Yul menenangkan Da Jung, tentu saja ia akan baik-baik saja. Jangan khawatir.

Jun Ki ingin bicara sendiri dengan Woo Ri, agar mau bertemu Na Young tapi Na Young melarangnya, Oppa..aku sudah bertemu anak-anakku.
Jun Ki dan istrinya terkejut. Na Young cerita kalau Woo Ri berkata pada adik-adiknya bahwa "Ibu sudah meninggal" Kalau Ibu masih hidup, dia pasti akan segera menemui kita.

Na Young tampak putus asa, tidak ada yang bisa ia katakan lagi.
Jun Ki marah pada Na Young, sejak awal apa Na Young tidak bisa memperkirakan ini. Apa kau pikir mereka akan menyambutmu hanya karena kau adalah ibu mereka?

Yoon Hee protes karena suaminya marah pada Na Young. Jun Ki kesal, bagaimana aku tidak marah padanya? Na Young, ini baru permulaan saja. Kau tidak boleh lemah. Kecuali kau sudah memiliki pemikiran yang benar, kau tidak bisa kembali seperti semula. Jun Ki masuk ke kamarnya.

Yoon Hee mencoba menghibur Na Young, Ahgassi..jangan pedulikan dia. Dia hanya marah.
Na Young tahu itu, ia juga tidak pernah bermimpi untuk kembali seperti dulu, ia hanya merasa pasti akan menyenangkan kalau bisa bertemu anak-anaknya. Ia tidak minta banyak. Bagaimana jika Woo Ri membenciku?

Yoon Hee yakin Woo Ri tidak membenci ibunya. Tapi apa mungkin PM Kwon mengatakan semuanya pada Woo Ri? Semuanya bahkan tentang Kang Su Ho? Na Young terkejut dengan kemungkinan itu.

Ayah akhirnya siuman. Da Jung dan Kwon Yul tampak lega, Ayah mertua, Ayah..apa kau baik-baik saja? Apa kau bisa mengenaliku?
Ayah menghela nafas, aigoo, apa kau bercanda? Kwon Yul tersenyum, aku merasa lega Ayah mertua. Ayah terkejut melihat menantu Kwon-nya disini, dan menyuruhnya segera pergi kerja.

Da Jung mengantar Kwon Yul keluar, ia berterima kasih dengan tulus pada Kwon Yul. Tapi bagi Kwon Yul, Ayah Da Jung adalah ayahnya juga.
Kwon Yul minta Da Jung makan dengan baik dan berpikir positif, serta jangan menangis di depan Ayah. Da Jung mengerti.

Dokter Oh menemui Ayah dan tanya kondisi ayah hari ini. Ayah memanggil Dokter pada Dokter Oh, membuat Dokter Oh terkejut dan senang, kau tidak memanggilku "Sayang" hari ini, apa kau mengenaliku?
Ayah : Ya dokter, setelah tidur dengan nyenyak rasanya kepala saya sangat jelas. Apa saya boleh tanya sesuatu dokter? Berapa hari lagi usia saya?

Dokter terkejut dan tidak bisa langsung menjawab. Ayah menghela nafas, tidak banyak ya, benar kan?

Beberapa saat kemudian, Da Jung masuk kamar dan mulai mengomel, karena ayah, aku rasa usiaku berkurang 10 tahun. Da Jung mengancam Ayah, kalau ayah tidak makan siang, ia akan mengadukan ayah pada menantu Kwon-nya hehe
Ayah ingin menulis jurnal dan meminta buku diary pada Da Jung. Da Jung heran kenapa Ayah tiba-tiba ingin menulis jurnal.

Ayah ingat anak-anak keluarga Kwon datang kemarin, jadi agar tidak lupa ia ingin mencatatnya. Da Jung setuju, memang mencatat dan menulis itu bagus untuk melatih ingatan. Ayah tidak menemukan bolpen. Da Jung mencarinya di tas dan menemukan hadiah dari anak-anak.
Ayah berkata kalau itu adalah kado dari mereka dan ia juga mendapat topi hangat.

Da Jung membaca pesan dari Woo Ri, Ahjumma..cepatlah pulang. Man Se benar-benar membuatku pusing. Da Jung tersenyum geli, ia senang dengan hadiahnya. Sebuah kalung yang cantik. Anak-anak ini..mereka tidak punya banyak uang jajan.
Da Jung belum sempat mendapatkan bolpen untuk ayahnya saat seorang perawat memanggilnya untuk bertemu Dokter.

Saat Da Jung keluar, Ayah mengeluh karena tidak mendapatkan bolpen. Jadi, Ayah mengaduk isi tas Da Jung untuk mencari bolpen. Ayah justru mendapatkan buku harian Da Jung dan Ayah ingin membaca isinya.
Ayah mulai membaca dan terkejut, apa? Kon..kontrak. Oh no, raut wajah ayah Da Jung tampak marah.

Da Jung langsung mengenakan kalung pemberian anak-anak dan mengirim sms pada Woo Ri untuk berterima kasih atas hadiahnya. Da Jung tampak bahagia.


Da Jung kembali lagi menemui Ayah dan langsung kena marah. Da Jung..apa..apa ini yang tertulis disini? Apa maksudnya "pernikahan kontrak"? Dan apa maksudnya ibu kandung anak-anak yang meninggal itu hidup?
Da Jung tertegun, ia tidak bisa menjawab.


Kwon Yul bertemu dengan Na Young diluar. Na Young merasa Yul telah mengatakan banyak hal pada Woo Ri. Apa kau membicarakan soal Su Ho?
Na Young : Aku senang saat kau bilang bahwa aku bisa kembali sebagai ibu anak-anak, tapi kau mengatakan semuanya pada Woo Ri, benar kan?
Kwon Yul terkejut, apa kau bertemu Woo Ri? Aku tidak mengatakan apapun.

Na Young marah dan tidak percaya, jangan bohong padaku. Kalau tidak, kenapa Woo Ri bersikap seolah dia tidak mengenalku? (astaga banget nih orang)

Kwon Yul : Kau tahu kalau aku tidak berbohong. Meskipun kau tahu, kau hanya merasa cemas kalau kau tidak mendapatkan hatinya lagi, benar kan? Aku tidak merasa waktu akan menyelesaikan segalanya. Tapi bagi Woo Ri, dia membutuhkan waktu.
Kau harus menahannya dan menunggu sebentar lagi.

Na Young akhirnya bisa menguasai emosinya dan minta maaf karena sudah mengatakan hal yang bodoh. Ia janji tidak akan mengganggu Yul dengan masalah ini lagi. Na Young jalan pergi.

Kwon Yul memanggil Na Young, Na Young..aku lupa mengatakan padamu sesuatu yang penting. Terima kasih karena kau masih hidup.
Na Young menangis.

Da Jung berusaha telp Kwon Yul tapi tidak diangkat. Da Jung memberanikan diri masuk ke dalam kamar Ayah.
Ayah marah-marah, Da Jung bagaimana kau bisa melakukan ini? Bagaimana kau bisa membohongiku seperti ini?

Da Jung menunduk, ia hanya bisa minta maaf. Aku tidak bermaksud membohongi Ayah. Tapi, aku benar-benar mencintai Perdana Menteri kali ini dan Perdana Menteri juga sama, jadi ayah..
Ayah : Da Jung, apa semuanya akan selesai hanya karena kalian berdua saling mencintai? Lagipula, ibu kandung anak-anak itu masih hidup, bagaimana itu?

Da Jung tidak bisa menjawab. Ayah tidak mengerti, kenapa Da Jung harus melakukan ini. Katakan padaku, kenapa kau berbohong pada semua orang dan bahkan padaku. Kenapa kau melakukan ini? Untuk apa?
Melihat anaknya diam saja, Ayah jadi sadar. Apa ini karena aku? Karena aku sakit parah? Itulah sebabnya kau melakukannya?

Da Jung menahan tangisnya. Ayah tampak terpukul, aigoo..ini semua salahku. Ini semua salahku.
Da Jung menangis, Ayah..aku yang salah. Ayah tetap berkata kalau Da Jung tidak salah, ini semua salahku. Aku yang membuatmu seperti ini. Akan lebih baik kalau aku mati saja. Karena aku hidup terlalu lama, aku jadi menyusahkanmu. Da Jung menangis sedih.


Malamnya, Ayah terbangun dan perlahan turun dari tempat tidur. Ayah membaca lagi buku harian Da Jung lalu mulai menulis di buku hariannya sendiri. Sementara Da Jung tidur sambil duduk menelungkup di tempat tidur Ayah.

Keesokan paginya, In Ho menemukan Na Young dalam kamar kakaknya. In Ho tanya apa pertemuan Na Young dan PM Kwon kemarin berjalan lancar. Na Young membenarkan.

Na Young berkata kalau Kwon Yul berterima kasih karena dia sudah hidup. Na Young mengaku ia semakin serakah. Ia sadar, jika ia hidup itu adalah mujizat. Aku masih bermimpi bertemu anak-anakku dan aku sadar aku terlalu serakah. Kurasa sekarang aku bisa menunggu dengan sabar.
Na Young akan terus menunggu mujizat saat Woo Ri-nya bersedia menemuinya dan mujizat saat Su Ho sadar.

In Ho juga ingin mempercayai itu. Ia juga ingin percaya, kalau kakaknya akan sadar satu saat nanti.


Da Jung telp Kwon Yul dan berkata kalau ayahnya tahu semuanya. Tentang pernikahan kontrak mereka dan soal Na Young yang masih hidup.
In Ho jalan di belakang Da Jung dan tanpa sengaja mendengar itu.

Kwon Yul terkejut dan janji akan segera ke RS untuk menjelaskan semuanya pada Ayah. Da Jung kembali ke kamar tanpa melihat In Ho.

Da Jung masuk ke kamar Ayah. Ternyata Ayah mulai kambuh pikunnya, ia mengira Da Jung baru kembali dari sekolah. Da Jung tertegun, ayah..
Ayah juga mengira kalau diluar baru turun salju dan mengajak Da Jung keluar untuk main perang bola salju.

Da Jung syok, ayah..apa yang kau bicarakan? salju apa? Karena saat itu sama sekali tidak ada salju.
Ayah menunjuk keluar, coba lihat, lihat. Salju turun dengan lebatnya! Kau mengeluh karena tidak ada salju tadi, tapi sekarang kau senang kan karena salju turun?

Ayah mengajak Da Jung keluar, ia ingin membuat boneka salju yang besar untuk Da Jung. Da Jung merasa sedih tapi hanya bisa pasrah dan mengantar Ayah keluar.

Da Jung mendorong kursi roda Ayah ke halaman RS. Ayah mendongak dan tersenyum senang, ah rasanya segar sekali. Benar-benar menyenangkan kalau bersalju seperti ini. Da Jung, kau juga suka kan?
Da Jung membenarkan, aku menyukainya Ayah.

Kwon Yul tiba di RS, ia menarik nafas sebelum masuk ke kamar Ayah tapi kamar itu kosong.

In Ho masih memikirkan Ayah. In Ho heran bagaimana ayah Da Jung bisa tahu semuanya.
Na Young lari menemuinya, ia minta In Ho ikut dengannya. Karena Su Ho sepertinya sudah sadar dan bisa mengenalinya.

In Ho terkejut dan segera lari mengikuti Na Young. In Ho mendekati kakaknya, Hyung..Hyung..apa kau bisa mendengarku?

Perlahan Su Ho melirik ke arah In Ho. In Ho menangis, apa kau tahu ..siapa aku? Su Ho menunjukkan tanda-tanda kalau ia mengenali In Ho. In Ho tidak bisa menahan tangisnya.

Na Young juga menangis di belakang In Ho.

Da Jung ingin mengajak Ayahnya masuk ke dalam karena diluar dingin.
Ayah justru berkata tidak ada orang yang menyayangi Da Jung seperti dirinya. Ayah menggenggam tangan Da Jung. Ayah merasa tidak rela melepas Da Jung (untuk menikah), karena Da Jung begitu cantik.

Ayah : Aku tidak tahu siapa yang akan menikahimu nanti, tapi siapapun orangnya, dia benar-benar beruntung. Aku ingin tahu pria seperti apa yang akan kau nikahi. Da Jung-ah..kau harus bertemu pria yang hanya melihat kepadamu dan hanya menyayangi dirimu. Seorang pria untukmu. Kau harus menemukan orang yang baik.

Da Jung meyakinkan Ayahnya, dia memang orang seperti itu Ayah. Pria yang hanya melihatku dan hanya untukku.
Ayahnya mengangguk, baiklah, baiklah. Kau harus bertemu orang yang baik seperti itu. Aku berharap, saat aku menggandeng tanganmu dan jalan ke arah altar, aku harap hari itu juga akan turun salju seperti ini.


Da Jung : Ayah, apa kau tidak ingat? Saat aku menikah waktu itu, hari itu adalah hari pertama salju turun. Salju turun lebat seperti hari ini. Seluruh dunia tampak putih dan cantik.

Tiba-tiba Ayah ingat, ia memang pernah jalan menggandeng tangan Da Jung dan mengantar putri kesayanganya ke altar, di sana sudah ada seorang pria yang baik. Ayah tersenyum.

Kepala Ayah terkulai ke samping dan tangannya terjatuh lemas di samping kursi roda.

Da Jung heran kenapa ayahnya tidak menjawab pertanyaannya. Da Jung membungkuk dan memanggil ayah, lalu sadar kalau ayahnya sudah meninggal. Ayah..Ayah..


Kwon Yul mencari mereka ke seluruh penjuru RS dan hanya melihat Da Jung yang menangis sambil memeluk jenazah Ayah di teras RS. Kwon Yul tampak menyesal.

Kwon Yul berdiri di depan altar Ayah. Wajahnya terlihat sedih dan hanya bisa mengatakan permintaan maaf berkali-kali.

Anak-anak Kwon mengenakan baju berkabung dan tampak sedih. Man Se tanya pada Da Jung apa mereka tidak bisa melihat Kakek lagi.
Da Jung tersenyum dan berkata kalau Kakek masih hidup dalam hati Man Se. Da Jung membelai kepala Man Se.

Kwon Yul menemui mereka dan minta Woo Ri mengajak adik2nya kembali ke mobil dulu.

Na Ra tampak sedih dan berkata kalau ia menyukai Kakek. Dia sangat baik kepadaku. Na Ra menangis. Man Se menghibur kakaknya, noona..jangan menangis. Kata Ahjumma, kalau kita merindukan Kakek, kita bisa bicara dengannya dalam hati kita.

Na Ra : Dasar bodoh, kau percaya hal itu? Dia sudah meninggal. Bagaimana kita bisa bertemu dengannya? Kalau seperti itu, bukankah kita juga bisa bertemu ibu kita?
Man Se tanya pada Woo Ri apa Na Ra benar. Woo Ri membenarkan, kita tidak bisa bertemu Kakek. Tapi ..kita bisa bertemu Omma kita. Na Ra dan Man Se bingung.


Da Jung berterima kasih pada Kwon Yul. Ia ingin tinggal sebentar di rumah abu dan minta Kwon Yul pulang dulu bersama anak-anak.
Kwon Yul minta Da Jung tidak menahan diri, jika kau ingin menangis. Menangis saja.

Da Jung : Apa saya punya hak untuk menangis? Saya ingin dimaafkan oleh Ayah. Tidak apa-apa kalau ia tidak memaafkan saya, dia bisa marah dan membenci saya, tapi Ayah pergi seperti ini. Saya...tidak bisa memaafkan diri saya sendiri.
Kwon Yul hanya menghela nafas.


Da Jung kembali ke RS dan mengemasi barang-barang ayahnya. Dia memasukkan buku hariannya dan buku milik Ayah.
Da Jung membuka buku itu dan mulai membaca. Ayah menulis semua yang ia ingat. "Da Jung, memberikan buku harian ini untukku." "Apa yang harus kutulis?"

Ayah menulis : Aku main Go-stop dengan menantu Kwon. Aku menang. Hal-hal yang tidak boleh kulupakan : Ulang tahun Da Jung, 15 Agustus. Namaku, Nam Yu Sik.
Lalu Ayah memenuhi halaman buku hariannya dengan nama Da Jung, Nae-ttal, Nam Da Jung. Putriku, Nam Da Jung, putriku, Nam Da Jung, putriku, Nam Da Jung...
Da Jung menangis tersedu-sedu, maafkan aku Ayah. Maafkan aku, ia sadar betapa ayahnya sangat menyayangi dirinya.

Woo Ri dan Kwon Yul ada di sebuah lapangan basket. Kwon Yul heran kenapa Woo Ri mendadak ingin bertemu ibunya.
Woo Ri mengaku, ini karena kakek. Setelah kakek meninggal, ia takut tidak bisa bertemu ibunya lagi jadi kurasa aku harus menemui ibuku sekarang.

Kwon Yul tersenyum bangga, Woo Ri-ku sudah dewasa.

Na Young tiba diantar Jun Ki dan Yoon Hee. Na Young jalan ke arah Woo Ri bersama Yoon Hee. Kwon Yul menyuruh Woo Ri menemui ibunya.
Ibu dan anak jalan mendekat secara perlahan. Woo Ri tampak kikuk. Ia membungkuk kaku sambil menahan tangis, apa kabar?

Na Young menyentuh pipi Woo Ri. Woo Ri memanggilnya, omma.
Na Young menangis : Ya, aku ibumu, Woo Ri-ya. Apa ibu boleh memelukmu sekali?


Na Young menarik Woo Ri dalam pelukannya. Ibu dan anak itu akhirnya menangis tersedu-sedu.

Kwon Yul bicara sendiri dengan Jun Ki, ia akan membiarkan Man Se dan Na Ra bertemu ibunya pada waktunya. Karena mereka masih kecil, tidak mudah menjelaskan hal itu.

Jun Ki mengerti dan ingin Kwon Yul pura-pura tidak mendengar apapun yang ia katakan soal Na Young. Jun Ki juga minta maaf pada Yul, aku tahu, aku sudah banyak membuat kesalahan kepadamu. Aku keterlaluan. Jika aku minta maaf, apa kau akan menerimanya?
Kwon Yul merasa Jun Ki terlalu banyak bicara, tidak seperti Jun Ki yang biasa. Ia tahu semua yang dilakukan Jun Ki memang keterlaluan. Ini memang sulit, tapi waktu mungkin akan menyembuhkan semuanya. Bagaimanapun kita adalah teman. Tolong jaga Woo Ri.

Jun Ki : Tentu saja, jangan cemas. Aku pergi dulu.
Kwon Yul menahannya, Jun Ki, ada satu hal yang kupelajari tentang masalah Na Young. Jangan menyakiti orang yang dekat denganmu. Jangan membuat kesalahan yang sama seperti diriku. Jun Ki tersenyum tipis. Ia mengerti.

Tim Scandal News makan siang sambil mencemaskan Da Jung, kasihan sekali Da Jung. Dia pasti sedih sekali setelah ayahnya meninggal. Lalu sekarang PM Kwon akan turun dari jabatannya.
Editor Go berhenti makan, tunggu dulu, jika Perdana Menteri tidak bekerja, apa kita harus merekrut reporter Nam lagi?

Da Jung muncul di depan pintu mereka, ia minta mereka tidak mencemaskannya. Da Jung berterima kasih karena mereka datang ke pemakaman ayahnya.
Hee Chul : Noona, kau tidak apa-apa?
 

Da Jung mengiyakan, ia datang kesini untuk minta bantuan. Da Jung ingin mereka menyimpan kotak yang berisi barang2 ayahnya sampai ia kembali nanti.
Hee Chul terkejut, Noona, apa kau akan pergi?


Da Jung tersenyum. Da Jung memang akan pergi melakukan perjalanan. Ia bertemu In Ho dan menyampaikan niatnya. In Ho terkejut, kau akan pergi kemana?

Da Jung ingin pergi ke beberapa tempat yang pernah didatanginya bersama ayahnya. Ia akan pergi dengan membawa kenangan ayahnya.

Da Jung dengan tulus mengucapkan selamat karena Kakak In Ho sadar.

In Ho merasa tidak enak menerima ucapan selamat dari Da Jung. Da Jung berkata In Ho pantas menerimanya, kau sudah banyak menderita karena kakakmu dan sekarang semuanya berubah menjadi baik.
Da Jung : Bukankah ini ajaib? Di hari ayahku meninggal, kakakmu justru sadar. 
In Ho : Saat ayahmu meninggal, kurasa ia memberikan hadiah. Hadiah bernama mujizat.
Da Jung : Terima kasih karena menganggapnya seperti itu, Chief Kang.

In Ho tanya apa Da Jung sudah mengatakan pada PM Kwon tentang rencananya. Da Jung belum mengatakannya tapi ia berencana melakukannya.
In Ho yakin PM Kwon pasti sangat mencemaskan Da Jung. Kapan kau akan kembali?
Da Jung tersenyum, ia tidak yakin. Aku akan tahu setelah sampai disana.

Kwon Yul ada di kantornya, ia mengamati papan namanya, Gukmu Jong Ri Kwon Yul. Kwon Yul menghela nafas.
In Ho masuk ke kantor dan lapor soal pergantian Perdana Menteri yang baru. Besok adalah hari terakhir Kwon Yul menjabat sebagai Perdana Menteri dan akan ada Perdana Menteri baru. Anak-anak juga sudah pulang bersama Ahjumma.

In Ho tanya kemana Kwon Yul akan pulang, ke rumah dinas atau rumah sendiri. Kwon Yul memutuskan akan menginap semalam di rumah dinasnya. In Ho mengerti lalu berkata kalau Da Jung akan bepergian.
Kwon Yul tampak terkejut. In Ho menghela nafas, sudah saya duga, Nam Da Jung-ssi tidak mengatakan ini pada anda. In Ho ingin Kwon Yul mencegah Da Jung pergi, bagaimana kalau dia tidak kembali lagi?

Kwon Yul : Chief Kang, apa kau ingat perkataanku saat aku menikah dengan Nam Da Jung? Bahwa aku pasti akan mendapatkan konsekuensi atas pernikahan ini satu hari nanti. Aku selalu mengingat kata-kata itu. Seperti katamu, mungkin saja Nam Da Jung tidak akan kembali dari perjalanan ini. Tapi meskipun demikian, kurasa aku tidak boleh menahan Nam Da Jung yang ingin pergi.

Malamnya, Kwon Yul pulang ke rumah dinasnya. Ia jalan di halaman dan mengingat Da Jung. Saat Yul melatih Da Jung kendo, saat Da Jung menyatakan perasaannya pada Yul, permohonan Da Jung agar Yul bisa menjadi Perdana Menteri yang memihak rakyat dan kaum yang lebih lemah.

Kwon Yul masuk ke kamar kerjanya dan mengingat Da Jung. Kwon Yul menyalakan dan mematikan lampu mejanya lalu jalan ke ruang tengah dan ingat saat Da Jung yang mengenakan hanbok menerjangnya. Kwon Yul tersenyum geli. Saat di kamar pun, ia ingat waktu Da Jung membaca untuknya, tertidur di bahunya dan pernyataan cinta Yul pada Da Jung. Apa aku boleh menyukaimu, Nam Da Jung..ssi?

Kwon Yul berkeliling rumah dan teringat saat Da Jung menciumnya. tiba-tiba terdengar panggilan, Jong Ri-nim! Kwon Yul menoleh, ia terkejut melihat Da Jung berdiri di depannya.

In Ho juga bertemu Hye Joo saat pulang kerja. Apa kau menungguku? Hye Joo juga sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya.

In Ho tanya apa Hye Joo ingin mengikuti Perdana Menteri lagi. Hye Joo menggeleng, ia akan menjalani jalannya sendiri sekarang. In Ho nyengir, kurasa aku harus membeli minuman untuk merayakannya!

Hye Joo setuju dan ingin mengajak Kwon Yul untuk minum juga. Tapi In Ho mencegahnya, kurasa kita tidak bisa melakukan itu. Perdana Menteri punya tamu lainnya.
Hye Joo tersenyum tipis, ia tahu siapa yang dimaksud. Kuharap dia akan mengunjungi Perdana Menteri.

Kwon Yul dan Da Jung duduk berhadapan. Da Jung tahu ini adalah malam terakhir Kwon Yul di rumah dinasnya. Da Jung ingin tahu bagaimana perasaan Kwon Yul.
Kwon Yul tidak yakin dengan perasaannya. Tapi ia masih belum sadar benar kalau besok ia sudah harus meninggalkan rumah dinasnya ini.
Da Jung : Saya juga, meskipun cuma sebentar, tapi banyak yang terjadi disini.

Kwon Yul : Saat aku bersamamu, aku belajar banyak hal. Hal-hal yang kulupakan, hal-hal yang kupikir tidak penting adalah hal-hal yang benar-benar berharga bagiku. Jadi, aku tidak menyesali waktu yang kuhabiskan disini.

Da Jung berkata akan pergi melakukan perjalanan. Kwon Yul tampak sedih, apa kau harus melakukannya?

Da Jung : Satu hari, kalau kita bisa bertemu lagi, jika kita bisa memulainya dari awal dengan baik, Saya akan menggenggam tangan anda. Jadi, anda harus menjaga diri baik-baik sampai saat itu tiba. Meskipun waktunya sangat singkat, tapi saya bahagia karena saya bisa bersama anda.
Saya pergi.

Da Jung membungkuk dan jalan pergi. Kwon Yul menghela nafas, ia jelas tampak sedih.
Da Jung jalan keluar rumah dinas sambil menahan tangisnya.


Paginya, Kwon Yul meninggalkan rumah dinas dengan dilepas para stafnya. Kwon Yul menyalami mereka satu per satu dan berterima kasih.

Hye Joo dan In Ho juga datang. Kwon Yul menyalami dan memuji keduanya. Good job.

Kwon Yul mengamati rumah dinas Perdana Menteri sebelum masuk ke dalam mobil dan pergi. Kwon Yul tersenyum tipis di dalam mobil, ia tidak akan berhenti sampai disini. Ini hanya awalnya saja.


Beberapa waktu kemudian.
Para reporter berkerumun di depan gedung pemerintahan. Mereka menunggu seseorang. Sebuah mobil mendekat dan semuanya langsung siap mengambil gambar. Pintu mobil terbuka dan dari dalam keluarlah Seo Hye Joo.
Hye Joo merapikan bajunya dan jalan ke arah gedung.

Para Reporter langsung mengajukan pertanyaan apa Hye Joo punya niat untuk bergabung dalam partai.
Hye Joo menegaskan, ia "tidak" punya niat bergabung dengan partai. Ia ingin mendirikan partainya sendiri.

Reporter Byun tampak grogi, m..membentuk partai..lalu, apa anda akan akan mencoba pencalonan Presiden?
Hye Joo menegur Reporter Byun, Reporter Byun Ho Cheol, kau benar-benar payah. Apa kau benar-benar menanyakan pertanyaan bodoh itu? Apa kau PERNAH melihat anggota dewan yang baru terpilih masuk ke dalam pemilihan Presiden? Minggir.

Kwon Yul dan Jun Ki berdiri di pinggir lapangan, keduanya mengamati anak-anak mereka yang asyik main basket.
Jun Ki tanya apa Kwon Yul sudah membuat keputusan sekarang. Kwon Yul membenarkan.

Jun Ki : Kalau sudah, maka kau pasti akan terpilih.

Tapi bagi Kwon Yul, terpilih bukanlah tujuan akhirnya. Aku hanya ingin menjadi mewakili masyarakat yang memiliki nilai-nilai yang sama denganku. Apa kau akan membantuku, Jun Ki?

Jun Ki tertawa, membantu orang yang berencana mereformasi para konglomerat? Kau anggap apa aku ini? Aku ini menantu Grup Myung Shim. Apa kau tidak tahu betapa mengerikannya ayah mertuaku? Aku tidak akan pernah bisa membantumu! Yah, kalau dari luar memang seperti itu. Tapi aku bisa membantumu diam-diam.
Kwon Yul tertawa geli, terima kasih.

Jun Ki masih belum terima, ia yakin Kwon Yul akan sulit terpilih sebagai Presiden. Kau sudah bercerai, lalu bagaimana dengan Ibu negaranya?

Kwon Yul tersenyum, kau mencemaskan banyak hal. Aku bahkan belum memulainya!
Jun Ki : Jadi mengapa kau tidak bersama Na Young? Ah Na Young sudah bersama Kang Su Ho dan kau juga tidak tahu dimana Nam Da Jung.


Yoon Hee muncul sambil mendorong kereta bayi. Ia mengeluh dengan manja pada suaminya. Mereka sudah mendapatkan bayi perempuan dan sepertinya menjadi kesayangan Jun Ki. Kwon Yul hanya tersenyum melihat keduanya.
Jun Ki dan Yoon Hee mengundang Kwon Yul untuk makan siang bersama mereka dan juga Na Young. Tapi Yul menolak, ia harus pergi ke satu tempat hari ini.

Kwon Yul mengambil sebuah buku anak-anak dan Jun Ki komen, Petualangan Koki kodok? Hei, apa kau membaca buku seperti itu? Kau benar2 sudah menjadi ayah yang baik. Kwon Yul hanya tertawa dan minta mereka menjaga anak-anaknya.

Da Jung menemui tim Scandal News sambil menunjukkan buku karangannya. Tentu saja judulnya, Petualangan Koki Kodok (Ha..ini pasti soal Man Se kecil yang ingin punya toko roti wkk)
Editor Go tidak percaya, jadi kau menjual semua hartamu dan berkelana ke seluruh dunia hanya untuk menulis buku kekanak-kanakan ini? Begitu?

Hee Chul langsung memihak Da Jung, Noona..saat aku melihat buku ini, aku pikir ini akan menjadi Harry Potter-nya Korea wkk
Da Jung pulang karena hari ini adalah hari peringatan kematian ayahnya. Mereka mengerti dan minta Da Jung menunggu di kantor karena keduanya harus pergi untuk mengejar berita. Tunggu ya, nanti kita minum bersama.

Da Jung mengambil kotak milik ayahnya dan membuka isinya. Ia membuka buku harian ayahnya, lalu membaca buku hariannya sendiri. Da Jung menemukan tulisan ayahnya dalam lembaran buku hariannya. Da Jung terkejut dan membacanya.

Ternyata, malam itu, Ayah Da Jung memang menulis sesuatu dalam buku harian anaknya.
"Untuk putriku Nam Da Jung, Da Jung, putriku tersayang Da Jung. Aku sudah memikirkannya baik-baik, apa yang paling kuinginkan bukanlah melihat kau menikah. Tapi apa yang paling kuinginkan untukmu adalah..senyumanmu. Dan ..kebahagiaanmu. Da Jung-ah, berbahagialah dengan Kwon yang kau cintai. Meskipun awalnya bukan cinta, aku percaya kalau akhirnya adalah cinta."

Da Jung menangis, ia tahu sekarang kalau ayahnya sudah memaafkan dirinya dan merestui hubungannya dengan Kwon Yul.


Da Jung pergi ke rumah abu dan berdiri di depan altar ayahnya. Ia membawa buku hasil tulisannya. Ayah, aku datang. Aku akhirnya membaca surat yang kau tulis. Ayah, aku menulis sebuah buku. Aku membawanya untuk kutunjukkan padamu. Kau bangga pada putrimu kan?
Da Jung akan meletakkan bukunya tapi sadar, sudah ada orang yang meletakkan bukunya di altar Ayah. Da Jung tersenyum, ia tahu siapa orang itu.


Kwon Yul menunggu Reporter Byeon yang ingin mewawancarainya. Tapi In Ho mendapat telp kalau Byeon akan terlambat datang karena terjebak kemacetan.

Kwon Yul : Apa itu akan mengganggu jadwal wawancara lainnya?
In Ho membenarkan, tapi ia akan meminta wartawan berikutnya untuk datang lebih awal. Kwon Yul setuju, ia akan menunggu saja di tempat itu.

In Ho jalan untuk telp wartawan berikutnya. In Ho berhenti sebentar, ia menoleh sekilas ke arah Kwon Yul lalu jalan pergi sambil tersenyum simpul.

Kwon Yul duduk di taman itu lalu mengecek jam. Kwon Yul masih mengenakan jam pemberian Da Jung. Ia ingat kata-kata Da Jung soal waktu. Da Jung ingin waktu Kwon Yul terus berjalan selamanya.

Tiba-tiba terdengar suara memanggilnya, Jong Ri-nim!
Kwon Yul terkejut dan melihat Da Jung jalan mendekat sambil tersenyum. Kwon Yul berdiri dan memandang Da Jung. Kwon Yul tidak bisa langsung menjawab sapaan Da Jung, masih syok sepertinya.

Da Jung tersenyum, ia meralat panggilannya, tidak, seharusnya saya memanggil anda Calon Presiden Kwon, benar kan? Karena Kwon Yul masih belum bereaksi dan hanya memandangnya, Da Jung tampak geli. Ia membungkuk sedikit, apa kabar? Saya adalah Nam Da Jung, penulis buku berjudul "Petualangan si Koki kodok".

Da Jung berkata kalau ia tengah ada dalam tahap menulis sebuah buku baru yang terinspirasi dari seseorang yang pernah menjadi Perdana Menteri. Saya berharap anda akan mengijinkan saya mewawancarai anda.

Kwon Yul tersenyum, buku itu...apa judulnya?
Da Jung : Buku yang akan saya tulis berjudul, "Perdana Menteri dan Aku".

Kwon Yul : Perdana Menteri dan Aku. Tokoh utama buku itu "Aku" atau "Perdana Menteri"?
Da Jung : Bukankah seharusnya keduanya?

Kwon Yul : Aku yakin itu pasti buku yang menyenangkan. Kalau begitu, berapa lama wawancaranya?
Da Jung : Anda tidak akan berniat hanya memberikan 10 menit untuk saya kan? Anda akan membantu saya kan?

Kwon Yul : Aku akan membantumu, meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya.

Da Jung berterima kasih, lalu mengulurkan tangan. Ia ingin berkenalan lagi dengan Kwon Yul. Apa kabar, saya Nam Da Jung.
Kwon Yul menjabat tangan Da Jung, Aku Kwon Yul.
Da Jung : Sekarang, apa kita bisa mulai?

Keduanya tetap berjabat tangan sambil tersenyum lebar.

TAMAT

PMI [1], [2], [3], [4], [5], [6], [7], [8], [9], [10], [11], [12-1], [12-2], [13], [14-1], [14-2], [15-1], [15-2], [16-1], [16-2]

Notes :
Setelah berjuang, akhirnya selesai juga. Ternyata judul drama ini adalah buku Da Jung. PM&I sebenarnya menarik, cuma sayang cerita di akhir-akhir agak tidak masuk akal.

Memang sih sejak awal berita di koran menulis kalau istri Perdana Menteri Kwon menghilang dan semua memang berpikir kalau Na Young sudah meninggal. Tapi munculnya Na Young benar-benar sukses merusak suasana. Suasana hatiku pastinya wkk
Hubungan Kwon Yul dan Da Jung jadi kaku sejak munculnya Na Young. Untungnya Kwon Yul adalah pria berprinsip, kalau sudah memutuskan ia tidak akan berubah pikiran. Bagusnya lagi, Kwon Yul juga pemaaf, meskipun marah pada awalnya tapi ia memutuskan memaafkan Na Young dan menyelesaikan masalah mereka.

Kalau kurangnya "skinship"? bahasa apa itu, hehehe itu mungkin karena skenarionya dan Lee Beom Soo yang takut dikeroyok fansnya YooNa atau mungkin karena LBS terlalu sayang ama istrinya sendiri wkk. (Btw, congratulation for your second baby son, Lee Beom Soo-ssi)

Putra kedua LBS, lahir Feb 2014, cute ya?
Tapi cuma jabat tangan memang rasanya aneh.  Atau mungkin terinspirasi dengan yang dibawah ini? wehehehe..
Diajak salaman Jessica, terus Sooyoung ikutan
2nd Seoul Cultural Arts Awards - Feb 2011
Hi girls..
Pemimpin Negara seperti Kwon Yul memang jarang, he's a dream leader. Orang yang berani berpihak pada yang lemah dengan resiko dimusuhi rekan2 politiknya dan mungkin kehilangan nyawanya demi rakyat dan negara. 

Anyway, thank you for reading and have a great day.


Love,
Tirza Kwan   (My surname Kwan is also Kwon in Korean, so basically me and Kwon Yul share the same surname haha, he's my oppa then.)